Senin, 10 Oktober 2016

sajak rindu

aku merindukanmu,
seperti bumi memandang awan ,
dengan sederhananya aku mendoakanmu menjadi hujan ,
agar bisa temaniku sore ini ,
gerimis gemuruh turun ,
menghapus semua jejak tapakmu ,
namun parasmu tak hilang dari ingatan ,
sesaat aku melihat teror dari bola matamu ,
menghantui hati dan pikiranmu ...
ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan ,
tak berbekas pada selah jemari ...
sesuatu yang mulanya tak jelas namun kini begitu dirindukan ,
aku tak pernah setakut ini ,
menghitung anak rindu dipelupuk hati ,
apakah sudah pergi berlari
atau masih diam bersembunyi ,
semua terperangkap disini ,
direlung hati yang hilang suara ,
disudutnya kau asik bermain petir ,
sedang aku kyusuk memeluk gigil...
setiap hari sejak kau pergi ,
rindu senang mengajakku bicara ,
lalu kami menulis puisi ,
puisi yang isinya namamu saja ,
dan dalam sajak ini ,
seluruh kata kata menggambarkan akan sosokmu ....
lelaki melayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar